Kegiatan ananda Khari Jumat, 29 Januari 2021. Ayah bunda bis melihat detail dan fotonya dipostingan facebook di bawah ini.
Kamis, 11 Februari 2021
Selasa, 09 Februari 2021
Peta Alamat RA. Kusuma Putra Candi Sidoarjo
Ayah bunda yang ingin berkunjung di RA. Kusuma Putra bisa menggunakan panduan peta di bawah ini
Selasa, 15 Agustus 2017
LITERASI di RA
Literasi di RA? Mengapa Tidak!
Dalam
upaya menunbuhkan budi pekerti siswa, pemerintah
melalui Kemdikbud ( Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ) mencanangkan sebuah gerakan yang disebut
Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah ini dikembangkan berdasarkan
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuan
gerakan ini untuk membiasakan dan
memotivasi siswa agar mau membaca dan
menulis guna menumbuhkan budi pekerti,
serta agar siswa memiliki budaya
membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Dalam
jangka panjang Gerakan Literasi Sekolah ini diharapkan anak-anak yang memiliki
kemampuan literasi tinggi. Kegiatan literasi ini tidak hanya sekedar membaca
saja, namun juga dilengkapi dengan kegiatan menulis yang harus dilandasi dengan
keterampilan atau kiat untuk mengubah, meringkas, memodifikasi, menceriterakan
kembali, dan sebagainya.
Diharapkan seluruh komponen sekolah
mulai dari guru, orang tua, dan peserta didik dapat mengoptimalkan peran
perpustakaan sedan membudayakan gemar membaca dan menulis baik dalam kegiatan
pembelajaran maupun di luar pembelajaran. “Tindak lanjutnya sekolah diwajibkan menyediakan waktu secara khusus
minimal selama 15 menit bagi siswa untuk membaca buku di luar buku pelajaran.
Pertanyaannya
sekarang, bisakah kita guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya guru Roudlotul
Athfal ( RA ) menggiatkan literasi di RA yang notabene adalah Anak-anak Usia
Dini dengan segala keunikannya?
Sebelum menggiatkan literasi di sekolah
ada baiknya jika guru RA mengetahui tahapan perkembangan kemampuan membaca pada
anak, agar guru bisa memberikan bacaan yang tepat bagi anak-anak RA
Membaca merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa, juga merupakan komponen komunikasi tulisan. Dalam
komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi diubah menjadi lambang-lambang
tulisan, kemudian diubah menjadi lambang makna, dan prose perubahan inilah yang
dibina dan dikuasai pada taraf awal keterampilan membaca.
Mengajarkan membaca di RA dapat
dilaksanakan selama dalam batasan-batasan aturan pengembangan pra-akademik
serta berdasarkan pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan RA sebagai sebuah
taman bermain, bersosialisasi, dan pengembangan pra-akademik yang substansial,
seperti kecerdasan emosi, motorik, disiplin/tanggung jawab, konsep diri, dan
akhlak.
Secara khusus perkembangan kemampuan
membaca pada anak berlangsung dalam 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
1.
Tahap Fantasi (
Magical Stage )
Pada tahap ini anak belajar menggunakan buku, mulai
berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak balikan buku dan
kadang-kadang membawa buku kesukaannya.
Pada tahap ini orang tua atau guru dapat memberikan atau
menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak,
membicarakan buku pada anak.
2.
Tahap Pembentukan
Konsep Diri ( Self Concept Stage )
Pada tahap ini anak beranggapan bahwa dirinya sebagai
pembaca, berpura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman
sebelumnya dengan buku, dan dapat menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok
dengan tulisannya.
Hendaknya orang tua atau guru memberikan stimulus atau
ransangan dengan jalan membacakan apa saja pada anak, seperti buku cerita,
tulisan pada kotak susu, bungkus makanan, pasta gigi, dan lain-lain. Selain itu
guru memberikan akses kepada anak-anak mengenai buku-buku yang mereka ketahui.
3.
Tahap Membaca Gambar (
Bridging Reading Stage )
Anak sudah dapat mengenali dan menemukan kata pada
tulisan/cetakan yang tampak, mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan
dirimya, mengulang kembali cerita yang tertulis dan dapat mengenal tulisan kata
dari puisi atau lagu serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ini orang tua atau guru membacakan sesuatu pada anak,
mengenalkan kosa kata baik dari lagu maupun puisi.
4.
Tahap Pengenalan
Bacaan ( Take-of reader Stage )
Pada tahap ke empat anak sudah mulai menggunakan tiga
sistem isyarat secara bersamaan, yaitu graphonik, sematik, dan syntaksis. Anak
mulai tertarik pada bacaan, mulai mengingat cetakan tulisan pada konteksnya,
berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda
seperti pada kotak susu, botol minuman rinagn, bungkus makanan, dan lain-lain.
Orang tua dan guru tetap harus memberikan
stimulus/ransangan sehingga dapat menjadi motivasi bagi anak untuk selalu
membaca di berbagai situasi, namun satu hal yang harus diperhatikan, orang tua
dan guru tidak boleh memaksa anak untuk membaca huruf dengan sempurna.
5.
Tahap Membaca Lancar (
Independent Reader Stage )
Pada tahap akhir ini anak sudah dapat membaca berbagai
jenis buku yang berbeda secara bebas, menyusun pengertian dari tanda,
pengalaman, dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan
bacaan, dan bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman akan mudah
dibaca oleh anak.
Pada tahap ini orang tua dan guru masih tetap membacakan
berbagai jenis buku pada anak, hal ini dapat mendorong anak agar dapat
memperbaiki bacaannya. Selain itu orang tua dan guru dapat membantu menyeleksi
bacaan yang sesuai.
Huruf dan
kata merupakan sesuatu yang abstrak bagi anak-anak, sehingga untuk
mengenalkannya guru harus membuatnya menjadi nyata dengan cara mengasosiasikan
pada hal-hal yang mudah diingat oleh anak. Pertama kali mengenalkan huruf
biasanya guru memusatkan hanya pada huruf awal suatu kata yang sudah dikenal
anak. Agar tidak timbul kesan “
pemaksaan membaca “pada anak maka harus dilakukan melalui kegiatan yang
menyenangkan.
Banyak
cara untuk lebih meningkatkan pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, dan sikap
amak. Salah satunya adalah melalui bacaan. Untuk itu di setiap RA perlu
disediakan perpustakaan yang menyediakan buku-buku cerita bergambar, majalah
anak-anak yang menarik sehingga dapat mendorong anak-anak RA untuk
bereksplorasi secara maksimal. Dengan adanya perpustakaan di RA kita akan
merasakan manfaatnya sebagai berikut:
1.
Untuk anak yang belum
bisa membaca, bisa mendorong agar anak mempunyai kemampuan dan berkeinginan untuk
belajar membaca.
2.
Anak yang telah
memiliki kemampuan dasar tentang membaca akan sangat berguna untuk dapat
membaca secara sempurna
3.
Secara umum sebagian
kebutuhan anak RA akan terlayani sesuai dengan tingkat perkembangannya.
4.
Adanya perpustakaan di
RA akan memungkinkan guru RA dapat meningkatkan kemampiannya dalam kegiatan
belajar mengajar.
Perpustakaan di RA bukan hanya sebagai pintu masuk anak
pada ilmu pengetahuan dan teknologi, namun yang lebih penting adalah filosofi
dibalik pengadaan perpustakaan itu sendiri. Kini sumber belajar anak bukan
hanya guru, tetapi buku juga menjadi sumber belajar bagi mereka. Tidak dapat
dipungkiri perpustakaan sangat berperan dalam menumbuh kembangkan literasi anak
usia dini, khususnya anak RA.
Demikianlah bapak dan ibu guru, pertanyaan kita sebelumnya
terjawab sudah. Dengan menggalakkan perpustakaan di lembaga RA, maka guru RA siap
untuk berpartisipasi melaksanakan program Gerakan Literasi Sekolah.
Guru Lokal Berwawasan Global
Guru Lokal, Akankah Tergilas
Kemajuan Zaman?
Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru sebagai komponen utama
dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat.
Guru diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi
dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri
yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan
(akademis) maupun sikap mental.
Guru. Siapa sih yang tidak
mengenal guru? Tapi apakah kita tahu? Siapa yang dimaksud dengan guru?
Undang-undang Republik Indonesia No 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Seseorang
disebut guru, karena ia menjalankan peranan guru, yaitu mengajar. Peranan ini
benar-benar peranan sosial, fungsi sosialnya tidak dapat diragukan. Fungsi guru
juga disebut jabatan guru atau tugas guru karena si pemangku menerima tugas itu
dari insatasi yang berwenang melalui surat pengangkatan. Selain sebagai actor utama
kesuksesan pendidikan yang dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas seorang
guru, antara lain:
1. Edukator
(pendidik)
Tugas
seorang guru adalah mendidik siswa sesuai dengan materi pelajaran yang
diberikan. Syarat utama sebagai seorang edukator adalah guru harus mempunyai
ilmu. Jadi guru
berperan menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu
yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan dan dikembangkan. Di sini
guru juga menjadi tokoh panutan bagi peserta didik dan lingkungannya. Sehingga
guru sebagai pendidik harus mengetahui dan memahami nilai dan norma.
2. Leader
(pemimpin)
Guru juga
berperan sebagai pemimpin kelas. Oleh karena itu, ia harus bisa menguasai,
mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran
yang berkualitas. Selain itu guru juga
harus bersikap terbuka, demokratis, dan menghindari cara-cara kekerasan.
3. Fasilitator
Sebagai
fasilitator, guru memfasilitasi murid untuk menentukan dan mengembangkan murid
untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya. Untuk melaksanakannya guru perlu
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar.
4. Motivator
Dalam proses
pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting.
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan
mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang kehidupannya. Siswa
yang kurang berprestasi bukan disebabkan kemampuannya yang kurang, tetapi
dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar dalam dirinya. Oleh sebab itu,
guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.
5. Evaluator
Dalam dunia
pendidikan setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu akan
diadakan evaluasi, artinya seseorang guru mengadakan penilaian terhadap hasil
yang telah dicapai. Penilaian
dilakukan agar guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
siswa terhadap pelajaran, serta keefektifan metode mengajar.
Sebaik
apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahannya. Maka dari itu harus ada
pembenahan . Dalam mengevaluasi guru bisa menggunakan cara dengan merenungkan
proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau
dengan cara objektif, meminta pendapat orang lain, misal: kepala sekolah,
guru-guru yang lain atau bahkan murid-muridnya.
Keberadaan
guru yang kompeten dan profesional merupakan salah satu persyaratan yang wajib
dipenuhi guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing
dengan negara-negara maju lainnya. Hampir semua bangsa di dunia ini selalu
mengembangkan kebijakan yang mendorong terciptanya guru yang kompeten dan
berkualitas. Salah satu indikator guru profesional dan kompeten adalah guru
yang mampu beradaptasi dengan perkembangan keilmuan yang hari demi hari semakin
canggih. Selain itu, guru yang profesional dan kompeten juga harus mampu
menerapkan model dan metode pembelajaran berdasarkan tuntutan waktu dan
kebutuhan peserta didik. Penerapan pola ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan
dalam belajar, enjoy dalam mengajar, yang pada akhirnya akan menghasilkan
proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang berkualitas termasuk peserta didik
yang berprestasi. Seiring dengan pesatnya perkembangan sain dan teknologi,
khususnya dalam bidang informasi.
Guru adalah
satu-satunya profesi yang menentukan dalam mengubah nasib bangsa. Hal ini
karena guru bertugas mendidik dan mengajar anak-anak bangsa, mengubah perilaku
membentuk karakter, sebuah tugas yang sangat fundamental. Peraturan Pemerintah
RI Nomor 19 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 juga menjelaskan bahwa pendidik sebagai agen
pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemampuan
profesionalitas guru tersebut mencakup empat (4) kompetensi, yaitu: kompeensi
Pedagogik, Kepribadian, Profesional, dan Sosial. Kebijakan bagi pendidik tersebut
mengandung makna bahwa guru diharapkan dapat bekerja secara profesional yang
ditunjukkan dalam pengelolaan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran tersebut
dilihat dari tingkat eketivitas interaksi antara guru dengan peserta didik. Dan
salah satu cirri pembelajaran yang ekfektif adalah guru diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar menyenangkan, membangkitkan motivasi peserta didik,
dan mengantarkan peserta didik mencapai hasil belajar berupa kematangan
intelektual dan kepribadian. Bagaimanakah guru lokal bisa mewujudkannya?
Ada
begitu banyak cara agar guru lokal bisa berwawasan global, di antaranya adalah
melalui:
1.
Program Sertifikasi
Sertifikasi
guru diperoleh melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi
bagi guru dengan kualifikasi
pendidikanminimal Sarjana/Diploma IV. Dengan kualifikasi ini diharapkan
guru memiliki kompetensi yang memadai
sebagaimana yang sudah saya singgung pada paragraf sebelumnya. Untuk memperoleh
sertifikat pendidik memerlukan kerja keras guru, karena sertifikat ini hanya
diberikan pada guru yang memiliki kompetensi dan profesionalisme di bidangnya.
Guru harus mempersiapkannya sedini mungkin baik dalam segi mental, keilmuan,
maupun segi finansial.
2.
Peningkatan Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Untuk
kepentingan sertifikasi dan meningkatkan mutu pendidikan perlu dilakukan
peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru, karena setelah sertifikasi
guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu
pendidikan tetap terjamin.
Peningkatan
kompetensi dan profesionalisme guru ini dapat ditempuh / dilakukan dengan
berbagai cara, di antaranya:
1)
Menempuh Studi lanjut program Strata 2/ Magister,
2)
Mengikuti Kursus dan Pelatihan,
3)
Mengikuti Seminar,
4)
Memahami standart tuntutan profesi yang ada,
Tuntutan perkembangan profesi secara
global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik
menuntut guru untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan
membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
5)
Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi,
Upaya membangun hubungan kesejawatan
yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru
harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses,
sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan lebih baik
lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat memperoleh akses terhadap
inovasi-inovasi di bidang profesinya. Jaringan kerja yang luas dengan
menggunakan tehnologi komunikasi dan informasi melalui korespondensi ataupun
internet secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi
dari rekan guru sejawat di Indonesia bahkan di dunia.
6)
Mengembangkan etos kerja dan budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu
tinggi,
7)
Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreatifitas dalam pemanfaatan tehnologi
komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran.
Jika beberapa
hal di atas dilakukan oleh seorang guru
maka seorang guru tidak akan ketinggalan ataupun tergilas akan kemajuan
zaman....
Senin, 14 Agustus 2017
HIASAN GANTUNG DARI BOTOL BEKAS
HIASAN GANTUNG BOTOL BEKAS
Sasaran: Kelompok Usia 4-5 Tahun
KEMAMPUAN YG DIKEMBANGKAN : |
1. Anak mengenal Rukun Islam |
2. Anak mengenal symbol / lambang huruf |
3. Anak mengenal lambang bilangan |
4. Anak mengenal bentuk-bentuk geometri |
BAHAN : |
1. Botol Bekas |
2. Cat tembok beraneka warna |
3. Cat timbul beraneka warna |
4. Benang wol |
5. Spon topi |
6. Kertas bufallo |
7. Sedotan |
ALAT : |
1. Gunting |
2. Kuas |
3. Spidol permanen |
4. Jarum jahit Sepatu ( untuk melubangi botol ) |
Cara Membuat Hiasan Gantung Botol Bekas |
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan |
2. Cuci botol bekas sampai bersih |
3. Buang plast |
4. Buang plastik merk yg menenpel pada botol |
5. Lapisi botol dengan cat dasar sampai rata |
6. Hiasi botol dengan menggunakan cat timbul |
7. Buatlah lukisan / gambar sesuai keinginan |
8. Setelah cat kering , botol siap dirangkai agar bisa menjadi pajangan/ hiasan gantung dalam kelas |
Desain Gambar: |
Selasa, 08 Agustus 2017
Latihan
Masih copy paste untuk latihan buat blog!
CARA MUDAH DAN MENYENANGKAN MENGENALKAN LAMBANG BILANGAN UNTUK ANAK USIA DINI
Dapat ditelaah dengan lebih memahami pengertian berhitung. Dari sejumlah referensi dijelaskan dapat kita maknai bahwa berhitung merupakan bagian dari matematika terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Bagi anak usia dini, kemampuan tersebut disebut dengan kemampuan berhitung permulaan, yakni kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan (Susanto, 2011).
Baca juga : Pengertian & Karakteristik Anak Usia Dini
Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut pula kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus (Sriningsih, 2008)
Disimpulkan bahwa berhitung adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang juga sebagai dasar pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
Tujuan Pembelajaran Berhitung
Secara umum berhitung permulaan bagi anak usia dini bertujuan untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Sedangkan secara khusus, dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar, anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan kemampuan berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang lebih tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan (Depdiknas, 2000)
Menurut Piaget, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Sehingga bukan agar anak dapat menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan penggunaannya untuk berpikir (Suyanto, 2005)
Jadi, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini, yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
Prinsip-prinsip Berhitung
Menurut Depdiknas (2000: 8) mengemukakan prinsip- prinsip dalam menerapkan permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu, permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan melalui tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstra k, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsa ng untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri,
Permainan behitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai denganbenda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan. Selain itu bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar.
Bagi anak usia dini, kemampuan tersebut disebut dengan kemampuan berhitung permulaan, yakni kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan (Susanto, 2011).
Baca juga : Pengertian & Karakteristik Anak Usia Dini
Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut pula kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan usia 5 sampai 6 tahun dapat menyebutkan bilangan sampai seratus (Sriningsih, 2008)
Disimpulkan bahwa berhitung adalah kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan mengenai jumlah untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yang juga sebagai dasar pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
Tujuan Pembelajaran Berhitung
Secara umum berhitung permulaan bagi anak usia dini bertujuan untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Sedangkan secara khusus, dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar, anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan kemampuan berhitung, ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang lebih tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan (Depdiknas, 2000)
Menurut Piaget, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Sehingga bukan agar anak dapat menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa matematis dan penggunaannya untuk berpikir (Suyanto, 2005)
Jadi, tujuan pembelajaran berhitung anak usia dini, yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
Prinsip-prinsip Berhitung
Menurut Depdiknas (2000: 8) mengemukakan prinsip- prinsip dalam menerapkan permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu, permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan melalui tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstra k, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsa ng untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri,
Permainan behitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai denganbenda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan. Selain itu bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar.
Lebih lanjut Yew (dalam Susanto, 2011:103) mengungkapkan beberapa prinsip dalam mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya membuat pelajaran yangmenyenangkan, mengajak anak terlibat secara langsung, membangun keinginan dan kepercayaan diri dalam menyesuaikan berh itung, hargai kesalahan anak dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang anak capai. Pelajaran yang mengasyikan dengan melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung dengan kehidupan sehari-hari.
Dari prinsip-prinsip berhitung diatas, dapat disimpulkan prinsip-prinsip berhitung untuk anak usia dini yaitu pembelajaran s ecara langsung yang dilakukan oleh anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap, menyenangkan bagi anak didik dan tidak memaksakan kehendak gu ru dimana anak diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau ter libat langsung menyelesaikan masalah-masalahnya.
Tahap Penguasaan Berhitung
Berhitung bagi anak usia dini seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang (Depdiknas (2000:7). Penguasaan Konsep adalah pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bila nagan. Masa Transisi adalah proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara indi vidual berbeda. Misalnya, ketika gurumenjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
Burns & Lorton menjelaskan lebih terperinci bahwa setelah konsep dipahami oleh anak, guru mengenalkan lambang konsep. Kejelasan hubungan antara konsep konkrit dan lambang bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan tidak tergesa-gesa. Sedangkan Lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk (Sudono, 2010)
Manfaat Pengenalan Berhitung
Manfaat utama pengenalan matematika, termasuk di dalamnya kegiatan berhitung ialah mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis (Suyanto, 2005).
Permainan matematika menurut Siswanto (2008:44) mempunyai manfaat bagi anak-anak, dimana melalui berbagai pengamatan terhadap benda disekelilingnya dapat berfikir secara sistematis dan logis, dapat beradaptasi dan menyesuiakan dengan lingkungannya yang dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung. Memiliki apresiasi, konsentrasi serta ketelitian yang tinggi. Mengetahui konsep ruang dan waktu.
Mampu memperkirakan urutan sesuatu. Terlatih, menciptakan sesuatu secara spontan sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Anak-anak yang cerdas matemati-logika anak dengan memberi materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan. Kecerdasaan matematika –logika juga dapat ditumbuhka n melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Oleh karena itu, guru harus dapatmenjawab pertanyaan anak dan memberI penjelasan logis, selain itu guru perlu memberikan permainan-permainan yang memotivasi logika anak.
Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru bagi anak usia dini harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Selain itu, jika kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Di yakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuannya (Murdjito, 2007)
Demikian pengertian kemampuan berhitung pada anak usia dini dan sejumlah poin yang berkaitan dengan upaya memahami kemampuan berhitung mereka sebagai pegangan bagi para pendidik anak usia dini.
Dari prinsip-prinsip berhitung diatas, dapat disimpulkan prinsip-prinsip berhitung untuk anak usia dini yaitu pembelajaran s ecara langsung yang dilakukan oleh anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap, menyenangkan bagi anak didik dan tidak memaksakan kehendak gu ru dimana anak diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau ter libat langsung menyelesaikan masalah-masalahnya.
Tahap Penguasaan Berhitung
Berhitung bagi anak usia dini seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu penguasaan konsep, masa transisi, dan lambang (Depdiknas (2000:7). Penguasaan Konsep adalah pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit, seperti pengenalan warna, bentuk, dan menghitung bila nagan. Masa Transisi adalah proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara indi vidual berbeda. Misalnya, ketika gurumenjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu.
Burns & Lorton menjelaskan lebih terperinci bahwa setelah konsep dipahami oleh anak, guru mengenalkan lambang konsep. Kejelasan hubungan antara konsep konkrit dan lambang bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan tidak tergesa-gesa. Sedangkan Lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk (Sudono, 2010)
Manfaat Pengenalan Berhitung
Manfaat utama pengenalan matematika, termasuk di dalamnya kegiatan berhitung ialah mengembangkan aspek perkembangan dan kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis (Suyanto, 2005).
Permainan matematika menurut Siswanto (2008:44) mempunyai manfaat bagi anak-anak, dimana melalui berbagai pengamatan terhadap benda disekelilingnya dapat berfikir secara sistematis dan logis, dapat beradaptasi dan menyesuiakan dengan lingkungannya yang dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung. Memiliki apresiasi, konsentrasi serta ketelitian yang tinggi. Mengetahui konsep ruang dan waktu.
Mampu memperkirakan urutan sesuatu. Terlatih, menciptakan sesuatu secara spontan sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Anak-anak yang cerdas matemati-logika anak dengan memberi materi-materi konkrit yang dapat dijadikan bahan percobaan. Kecerdasaan matematika –logika juga dapat ditumbuhka n melalui interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Oleh karena itu, guru harus dapatmenjawab pertanyaan anak dan memberI penjelasan logis, selain itu guru perlu memberikan permainan-permainan yang memotivasi logika anak.
Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru bagi anak usia dini harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Selain itu, jika kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Di yakini bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kemampuannya (Murdjito, 2007)
Demikian pengertian kemampuan berhitung pada anak usia dini dan sejumlah poin yang berkaitan dengan upaya memahami kemampuan berhitung mereka sebagai pegangan bagi para pendidik anak usia dini.